Jembatan Kali Progo yang menyimpan mistery
Tabur Bunga di Jembatan Kali Progo
Kali
Progo sebuah sungai yang bermataair di Jumprit Kecamatan Ngadirejo
Kabupaten Temanggung Jawa Tengah Indonesia, termasuk sungai yang tidak
biasa di pulau Jawa, karena diantara beberapa sungai mengalir ke laut
Jawa, sedangkan Kali Progo mengalir ke Samudera Indonesia, sepanjang 200
Km menyusuri wilayah Kabupaten Temanggung, Magelang, Sleman, Kulon
Progo dan Bantul hingga akhirnya bermuara di Samudera Indonesia.
Di
tahun 1948 - 1949 sungai ini pernah berwarna merah mengalirkan darah
para pejuang, jembatan yang dibangun diatasnya pada tahun 1900 adalah
saksi bisu peristiwa mengerikan itu, saat tentara Belanda putus asa
menghadapi perlawanan hebat dari putra-putra terbaik Temanggung,
akhirnya Belanda melakukan aksi diluar aturan peperangan.
Desember
1948 kota Temanggung dikuasai Belanda, saat itu pasukan KNIL dibawah
pimpinan Van Der Zee melakukan penangkapan besar-besaran kepada siapa
saja yang dicurigai melawan Belanda, para pejuang dari TNI, kelaskaran
atau Tentara Pelajar, bahkan rakyat biasa ditangkap dan dipenjarakan di
IVG ( sekarang di Jl Setiabudi Temanggung ), di dalam ruang sel yang
penuh dengan tahanan itu juga terdapat pasukan Siliwangi dan ALRI,
setiap malam hari di tempat itu terdengar teriakan dari para tahanan
yang disiksa, mereka diinterogasi satu persatu dan mendapat perlakuan
yang biadab dan diluar peri kemanusiaan, dalam menginterogasi itu para
KNIL dibantu oleh " Po Ang Tjui " pasukan keamanan semacam Hansip yang
terdiri dari orang-orang keturunan Cina, banyak diantara tahanan yang
tidak kembali lagi ke sel, para pejuang itu dibawa dengan Jeep ke arah
timur kota Temanggung, diatas jembatan Kali Progo inilah satu persatu
para Syuhada dieksekusi dengan berbagai cara, antara lain dengan
dipacung atau di tembak pada bagian kepala, setelah itu korban didorong
dengan kaki dan dijatuhkan begitu saja dari atas jembatan dengan
ketinggian hampir 50 M
Setiap
hari lokasi pembantaian tersebut selalu dijaga oleh KNIL dari kesatuan V
Brigade ( Vossen Brigade - Anjing NICA ), menurut kesaksian Moh Sholeh
tahanan yang selamat dari pembantaian tersebut, jumlah korban mencapai
ribuan, karena ia sendiri menandatangani pengakuan di IVG pada urutan
1.390, dan setelah itupun KNIL masih melakukan penangkapan-penangkapan
lagi, sumber lain Bambang Poernomo menyebutkan jumlah korban
diperkirakan mencapai 1.600 orang.
Gedung
IVG merupakan markas Brigade Anjing Merah yang keganasannya dikenal
luar biasa, sebagian sumber mengatakan gedung ini juga digunakan sebagai
markas Brigade Gajah Putih dan Brigade Anjing Hitam.
Komandan
IVG adalah Lettu Van Der Zee yang dalam operasinya dibantu oleh Go Ing
Liem, tokoh ini yang sering memberi informasi dan menunjukkan
siapa-siapa saja pejuang atau warga biasa yang harus ditangkap.
Ada
sebuah desa bernama Plumbon, berjarak tiga setengah kilometer dari
jembatan Progo, pada saat peristiwa itu berlangsung hampir tiap pagi
warga desa itu menyaksikan mayat mengambang di sungai, kebanyakan para
korban itu adalah laki-laki usia muda, tidak selalu berpakaian tentara
karena ada juga yang berpakaian rakyat jelata, bahkan dari penuturan
seorang saksi bernama Sudargo warga setempat pernah melihat tiga sosok
mayat dalam satu ikatan tali ijuk yang sudah tidak berkepala hanyut di
aliran sungai Progo.
Sebagian dari para korban pembantaian KNIL di Jembatan Kali Progo yang terdata adalah:
1. Sarno Samsiatmodjo, Nglarangan Kedu
2. Suyitno, Kranggan
3. Singgih, Kranggan
4. Suprapto, Kranggan
5. Mohamad Kartono, Kranggan
6. Mohamad Ibrahim, Kranggan
7. Patah, Prapag Kranggan
8. Soengkono, Kasanan Kranggan
9. Ilyas Hardjo Sumarto, Sanggrahan
10. Darjo, Gentan
11. Ranu Didjojo, Gentan
12. Kertonjoto, Sanggrahan
13. Dulkijab, Sanggrahan
14. Bingu, Sanggrahan
15. Amat Toha, Sanggrahan
16. Madijono, Kowangan
17. Suwarto, Sanggrahan
18. H. Jasin, Prapag Kranggan
19. Karmin, Dongkelan Temanggung
20. Mugowi, Greges
21. Riduwan, Pendowo
22. Ayah Patah, Dayakan Kranggan
23. Taat, Ambahrawa
24. Ribut, Temanggung
25. Sumaidin, Parakan
26. Sastro Basri, Padangan Temanggung
27. Abu Endar, Dongkelan Lor
28. Djoewandi, Rolikuran
29. Niti Sandung, Dongkelan Kidul
30. Wan Said, Dongkelan Kidul
31. Naken, Butuh Temanggung
32. Setu, Sayangan Temanggung
33. Pangat, Kertosari Temanggung
34. Sadam, Ploso Temanggung
35. Kertomodo, Kaloran
36. Tugi, Kaloran
37. Palil, Kaloran
38. Maryono, ( tidak diketahui alamatnya )
39. Kayadi, ( tidak diketahui alamatnya )
40. Wagiman, ( tidak diketahui alamatnya )
Dan
masih banyak lagi korban yang tidak diketahui identitasnya, sungguh
peristiwa yang mengerikan. Jembatan Kali Progo adalah saksi sejarah
perjuangan bangsa, para korban yang jatuh adalah bunga-bunga bangsa yang
berguguran mewangi di haribaan Ibu Pertiwi, sungguh berdosa kita
sebagai generasi penerus tidak menghargai perjuangan mereka dengan
mencabik-cabik NKRI yang mereka dirikan dengan darah dan air mata.
Jembatan
Progo berada sekitar 4 kilometer dari pusat kota Temanggung, kalau
kita masuk kota Temanggung dari arah Yogyakarta atau Semarang, kita
masih melihat Jembatan itu berdiri kokoh, bersebelahan dengan makam
pahlawan, ada sebuah Prasasti yang tertulis di Monumen Progo disitu:
Aku ta' ketjewa..........
aku rela.............
mati untuk tjita2
sutji nan mulja
indonesia merdeka
adil, makmur, bahagia
temanggung
22/12-'48 - 10/8-'49.
Ex Gedung IVG di Jl Setiabudi Temanggung tempat para pejuang dipenjarakan,
sayangnya bangunan cagar budaya dan bersejarah ini kini telah diratakan dengan
tanah untuk kepentingan yang belum jelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar